Kamis, 22 Desember 2016

Perkembangan Moral

PERKEMBANGAN MORAL PADA AWAL MASA KANAK-KANAK

Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah. Ia juga tidak mempunyai dorongan untuk mengikuti peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok sosial.

Karena tidak mampu mengerti masalah standar dan moral, anak-anak harus belajar berperilaku moral dalam berbagai situasi yang khusus. Ia hanya belajar bagaimana bertindak tanpa mengetahui mengapa. Dan karena ingatan anak-anak, sekalipun anak-anak yang sangat cerdas, cenderung kurang baik maka belajar bagaimana berperilaku sosial yang baik merupakan proses yang panjang dan sulit. Anak-anak dilarang melakukan sesuatu pada suatu hari, tetapi keesikan hari atau tiga hari sesudahnya mungkin ia lupa. Jadi anggapan orang dewasa sebagai tindakan tidak patuh seringkali hanya merupakan masalah lupa.

Awal masa kanak-kanak ditandai oleh Piaget "moralitas melalui paksaan". Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan peraturan tanpa berpikir atau menilai, dan ia menganggap orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan pada motivasi yang mendasarinya. Menurut sudut pandang anak-anak, perbuatan yang "salah" adalah yang mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun oleh faktor-faktor alam.

Dengan berakhirnya awal masa kanak-kanak, kebiasaan untuk patuh harus dibentuk agar anak-anak mempunyai disiplin yang konsisten. Tetapi anak-anak belum mengembangkan hati nurani sehingga ia tidak merasa bersalah atau malu bila melakukan sesuatu yang diketahui sebagai sesuatu yang salah. Malahan ia takut dihukum atau berusaha membenarkan perbuatannya untuk menghindari hukuman.

Disiplin dalam Awal Masa Kanak-Kanak
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak-anak perilaku moral yang diterima kelompok. Tujuannya adalah memberitahukan kepada anak-anak perilaku mana yang baik dan mana yang buruk dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai dengan standar-standar ini.
Ada tiga unsur penting dalam disiplin : peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman bagi penilaian yang baik, hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial yang baik. Selama awal masa kanak-kanak yang harus ditekankan adalah aspekpendidikan dari disiplin dan hukuman hanya diberikan kalau terbukti anak-anak mengerti apa yang diharapkan dan terlebih lagi kalau ia sengaja melanggar harapan-harapan ini. cara untuk meningkatkan keinginan anak-anak untuk belajar berperilaku sosial yang baik adalah dengan memberikan hadiah.

Saat ini terdapat tiga cara yang umum digunakan untuk mendisiplinkan anak-anak dan remaja. Adapun jenis-jenis disiplin :
1. Disiplin Otoriter
2. Disiplin yang Lemah
3. Disiplin Demokratis
Terlepas dari jenis disiplin yang digunakan hampir semua anak pernah dihukum. Bentuk hukuman yang umum digunakan sekarang mencakup hukuman tubuh dalam bentuk tepukan, tamparan dan pukulan, mengucilkan anak-anak di kamar, menyuruh tidur, kadang-kadang tanpa makan, melarang anak menonton acara TV yang digemari, membandingkan dengan saudara  yang lebih baik. Setelah dari sepuluh tahun tamparan dianggap sebagai "hukuman yang kejam" sekarang terdapat bukti bahwa hal itu kembali digunakan.
Hadiah dalam bentuk mainan, gula-gula, diajak pergi atau diberi sesuatu yang menyenangkan, digunakan secara hemat oleh orang tua dan juga oleh mereka yang lebih menyukai disiplin yang demokratis. Mereka takut kalau hal ini akan memanjakan atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang mereupakan teknik disiplin yang buruk. Lalai menggunakan cara pemberian hadiah menyebabkan anak-anak mengalami kurangnya pendorong yang kuat untuk belajar berperilaku sosial yang baik.


Sabtu, 19 Maret 2016

Kurikulum Tahun 1964 / Rencana Pendidikan

Isi Rencana Pendidikan untuk TK tahun 1964 :
1. Pengembangan dan penumpukan sifat-sifat termasuk pembentukan kebiasaan-kebiasaan, sebagai manusia pancasila
2. Memperkembangkan ketrampilan yang di perlukan anak-anak dan masyarakat di dalam usaha menciptakan masyarakat adil dan makmur
3. memberikan pengetahuan yang akademis dan fungsional yang memungkinkan anak-anak dapat melanjutkan pendidikannya kesekolah yang lebih tinggi

 Dari ketiga hal tersebut menjadi tujuan khusus yang harus dicapai pada waktu dan tingkatan tertentu. Adapun tiga jenis rencana pendidikan adalah:
1. Jenis RP yang menekankan pada mata pelajaran yang di ajarkan. Mata pelajaran ini di dasarkan secara kaku menurut disiplin ilmu. RP ini lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan dari pada perkembangan anak.
2. RP jenis ini menekankan pada minat anak. Isi dan struktur RP di tentukan berdasarkan kebutuhan anak. Pendidik tidak boleh dan tidak dapat menyusun RP sebelum mengetahui minat dan apa yang di kehendaki anak.
3. RP ini mementingkan 3 faktor, yaitu: a. Bahan pelajaran yang di ajarkan, b. Anak didik yang berkembang, c. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan keperluan masyarakat yang menentukan isi bahan pelajaran dan arah kenapa anak didik harus berkembang yang selaras dengan filsafat dan dasar negara.
Ketiga faktor di atas anak di arahkan untuk berkembang dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat yang adil dan makmur. Ketika anak tumbuh dewasa mereka berusaha menciptakan masyarakat yang lebih baik, adil, dan makmur. 

Pedidikan pada masa kurikulum 1964 di kenal dengan sistem pancawardhana. Pancawardhana ialah 5 aspek perkembangan yang meliputi:
1. Perkembangan moral
2. Perkembangan kecerdasan
3. Perkembangan emosional artistik
4. Perkembangan keprigelan
5. Perkembangan jasmani

Pengelompokan anak menurut kurikulum 1964 di bagi menurut umur, yaitu:
a. Kelas TK berumur kurang lebih 5 tahun
b. Kelas persiapan berumur lebih 5 tahun

Dalam melaksanakan kegiatan di TK, guru perlu memperhatikan beberapa hal seperti:
1. Permainan yang tidak menarik guru harus menambahkan sarana yang lebih menarik.
2. Permainan yang di siapkan harus di sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
3. Menciptakan suasana yang nyaman dan aman.
4. Menciptakan suasana pengalaman dengan mengenal alam sekitarnya, rasa sosial, bahasa dan perkembangan jasmani (sesuai dengan Pancawardhana).
5. Menciptakan suasana permainan yang bersifat bebas dan permainan terpimpin.

Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh guru saat menjalankan kegiatan melalui kegiatan mengawasi, menolong anak yang memerlukan bantuan dalam kelompok atau individu dan sekaligus mencatat hasil observasi yang telah dilakukan selama kegiatan dan semua hal yang dilaksanakan setiap harinya.