PERKEMBANGAN MORAL PADA AWAL MASA KANAK-KANAK
Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah. Ia juga tidak mempunyai dorongan untuk mengikuti peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok sosial.
Karena tidak mampu mengerti masalah standar dan moral, anak-anak harus belajar berperilaku moral dalam berbagai situasi yang khusus. Ia hanya belajar bagaimana bertindak tanpa mengetahui mengapa. Dan karena ingatan anak-anak, sekalipun anak-anak yang sangat cerdas, cenderung kurang baik maka belajar bagaimana berperilaku sosial yang baik merupakan proses yang panjang dan sulit. Anak-anak dilarang melakukan sesuatu pada suatu hari, tetapi keesikan hari atau tiga hari sesudahnya mungkin ia lupa. Jadi anggapan orang dewasa sebagai tindakan tidak patuh seringkali hanya merupakan masalah lupa.
Awal masa kanak-kanak ditandai oleh Piaget "moralitas melalui paksaan". Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan peraturan tanpa berpikir atau menilai, dan ia menganggap orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan pada motivasi yang mendasarinya. Menurut sudut pandang anak-anak, perbuatan yang "salah" adalah yang mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun oleh faktor-faktor alam.
Dengan berakhirnya awal masa kanak-kanak, kebiasaan untuk patuh harus dibentuk agar anak-anak mempunyai disiplin yang konsisten. Tetapi anak-anak belum mengembangkan hati nurani sehingga ia tidak merasa bersalah atau malu bila melakukan sesuatu yang diketahui sebagai sesuatu yang salah. Malahan ia takut dihukum atau berusaha membenarkan perbuatannya untuk menghindari hukuman.
Disiplin dalam Awal Masa Kanak-Kanak
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak-anak perilaku moral yang diterima kelompok. Tujuannya adalah memberitahukan kepada anak-anak perilaku mana yang baik dan mana yang buruk dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai dengan standar-standar ini.
Ada tiga unsur penting dalam disiplin : peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman bagi penilaian yang baik, hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial yang baik. Selama awal masa kanak-kanak yang harus ditekankan adalah aspekpendidikan dari disiplin dan hukuman hanya diberikan kalau terbukti anak-anak mengerti apa yang diharapkan dan terlebih lagi kalau ia sengaja melanggar harapan-harapan ini. cara untuk meningkatkan keinginan anak-anak untuk belajar berperilaku sosial yang baik adalah dengan memberikan hadiah.
Saat ini terdapat tiga cara yang umum digunakan untuk mendisiplinkan anak-anak dan remaja. Adapun jenis-jenis disiplin :
1. Disiplin Otoriter
2. Disiplin yang Lemah
3. Disiplin Demokratis
Terlepas dari jenis disiplin yang digunakan hampir semua anak pernah dihukum. Bentuk hukuman yang umum digunakan sekarang mencakup hukuman tubuh dalam bentuk tepukan, tamparan dan pukulan, mengucilkan anak-anak di kamar, menyuruh tidur, kadang-kadang tanpa makan, melarang anak menonton acara TV yang digemari, membandingkan dengan saudara yang lebih baik. Setelah dari sepuluh tahun tamparan dianggap sebagai "hukuman yang kejam" sekarang terdapat bukti bahwa hal itu kembali digunakan.
Hadiah dalam bentuk mainan, gula-gula, diajak pergi atau diberi sesuatu yang menyenangkan, digunakan secara hemat oleh orang tua dan juga oleh mereka yang lebih menyukai disiplin yang demokratis. Mereka takut kalau hal ini akan memanjakan atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang mereupakan teknik disiplin yang buruk. Lalai menggunakan cara pemberian hadiah menyebabkan anak-anak mengalami kurangnya pendorong yang kuat untuk belajar berperilaku sosial yang baik.