KARAKTERISTIK
CARA BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(BERDASARKAN
JENISNYA)
Dosen
Pengampu : Iyan Sofyan, S.Pd., M.A
Disusun
Oleh :
1.
Adila
Rasyada (1400002003)
2.
Dyah
Ayu Apriliani (1400002010)
3.
Isnaini
Nurul Islami (1400002018)
5.
Ulfah
Lailiyah (1400002047)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus, membutuhkan suatu pola
atau metode tersendiri sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya
masing-masing. Menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus hendaknya mengetahui
karakteristik masing-masing pribadi peserta didiknya. Selain itu guru juga
harus memahami tentang kemampuan dan kelemahan, serta potensi dan tingkat
perkembangan peserta didik..
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan
berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah
pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam
menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi
sebuah program pembelajaran individual.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang
disiapkan oleh para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk
berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara
khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan
didasarkan kepada kurikulum berbasis kompetisi.
Model pembelajaran tersebut hendaknya sesuai jenis karakteristik
ABK, dengan begitu guru dapat menyusun model atau metode pembelajaran setiap
anak.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
saja jenis-jenis pengklasifikasian ABK menurut Undang-undang?
2.
Bagaimana
karakteristik cara belajar ABK sesuai dengan pengkasifikasian berdasarkan
jenis-jenisnya?
C.
TUJUAN
1.
Memahami
dan mengetahui jenis-jenis ABK berdasarkan Undang-undang
2.
Mengetahui
karakteristik cara belajar anak berkebutuhan khusus sesuai dengan klasifikasi
jenis-jenisnya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
JENIS-JENIS
ABK MENURUT UU SISDIKNAS NO. 32 AYAT 1
Dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional, pemerintah telah mengklasifikasikan
macam-macam anak berkebutuhan khusus sebagai berikut.
1.
Tunanetra
Secara
umum kemampuan akademik, anak-anak dengan tunanetra sama seperti anak-anak
normal pada umumnya. Keadaan ketunanetraan berpengaruhpada perkembangan
keterampilan akademis, khususnya dalam bidangmembaca dan menulis. Anak
tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi
penglihatan, yang dinyatakan dengan tingkat ketajaman penglihatan atau visus
sentralis di atas 20/200 dan secara pedagogis membutuhkan layanan pendidikan
khusus dalam belajarnya di sekolah. Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra
adalah:
a.
Segi Fisik
Secara
fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali adanya kelainan pada organ
penglihatan/mata, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal
pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang
merupakan umpan balik dari stimuli visual.
b.
Segi Motorik
Hilangnya
indera penglihatan sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap
keadaan motorik anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya 4-2 pengalaman
visual menyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan orientasi lingkungan.
Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra harus belajar bagaimana
berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai
keterampilan orientasi dan mobilitas.
c.
Perilaku
Kondisi
tunanetra tidak secara langsung menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku
pada diri anak, meskipun demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya.
Anak tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan
perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat berupa
sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan
kepala dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang mengungkap
mengapa tunanetra kadang-kadang mengembangkan perilaku stereotipnya.
Hal
itu terjadi mungkin sebagai akibat dari tidak adanya rangsangan sensoris,
terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial.
d.
Akademik
Secara
umum kemampuan akademik, anak-anak tunanetra sama sepertianak-anak normal pada
umumnya. Keadaan ketunanetraan berpengaruhpada perkembangan keterampilan
akademis, khususnya dalam bidangmembaca dan menulis.
e.
Pribadi dan Sosial
Mengingat
tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melaluipengamatan dan menirukan,
maka anak tunananetra sering mempunyaikesulitan dalam melakukan perilaku sosial
yang benar.Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh
terhadapketerampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan latihan
langsungdalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata
atauorientasi wajah, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakangerakan
tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan intonasi suara atauwicara dalam
mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepatpada waktu melakukan
komunikasi.
2.
Tunarungu
Tunarungu adalah
istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau
telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik
yang khas, berbeda dari anak-anak normalpada umumnya. Beberapa karakteristik
anak tunarungu, diantaranya adalah:
a.
Segi Fisik
Cara berjalannya kaku dan agak
membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada
telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam
aktivitas fisiknya.
Pernapasannya pendek, dan tidak
teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam
kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan
intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur pernapasannya
dengan baik, khususnya dalam berbicara.
Cara melihatnya agak beringas.
Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak
penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui
penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak
visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan
terlihat beringas.
b.
Segi Bahasa
Miskin akan kosa kata, sulit
mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic, serta
tatabahasanya kurang teratur.
c.
Intelektual
Kemampuan intelektualnya normal.
Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi
intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa,
perkembangan intelektual menjadi lamban.
Perkembangan akademiknya lamban
akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya kelambanan dalam perkembangan intelektualnya
akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga
mengalami keterlambatan.
d.
Sosial-emosional
Sering merasa curiga dan syak
wasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi
pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan oranglain,
sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga. Serta sering bersikap
agresif.
3.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah seseorang yang
memiliki kapasitas intelektual (IQ) dibawah 70 yang disertai dengan ketidak
mampuan dalam penyesiuaian diri denganlingkungan sehingga memiliki berbagai
permasalahan sosial, untuk itu diperlukan layanan dan perlakuan pendidikan
khusus. Tunagrahita dapat dilihat dari berbagaidisiplin ilmu sehingga terdapat
berbagai istilah kalsifikasi dan karakteristiknya,menurut psikologi tunagrahita
dibagi menjadi mild, moderate, severe, dan profound.Sedang kedokteran membagi
menjadi debil, imbesil dan idiot, serta dalampendidikan dapat di kelompokkan
menjadi mampu didik, mampu latih dan perlurawat. Karakteristik berdasar
klasifikasi klinik atau adanya ciri fisik yang khasmeliputi Down’s syndrome,
kritin, macro cephalus (hidro cephalus), dan micro cephalus.
Untuk
memahami karakteristik anak tunagrahita maka perludisesuaikan dengan klasifikasinya
karena setiap kelompok tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sesuai dengan bidang bahasan pada materi ini akan dibahas pada karakteristik
akademik tunagrahita sebagai berikut:
Karakteristik
anak tunagrahita secara umum menurut James D. Page(Amin, 1995:34-37) dicirikan
dalam hal: kecerdasan, sosial, fungsi mental,dorongan dan emosi, kepribadian
serta organisme. Masing-masing hal itusebagai aspek diantara tunagrahita dengan
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Intelektual.
Dalam
pencapaian tingkat kecerdasan bagi tunagrahita selalu dibawahrata-rata dengan
anak yang seusia sama, demikian juga perkembangankecerdasan sangat terbatas.
Mereka hanya mampu mencapai tingkat usiamental setingkat usia mental anak usia
mental anak Sekolah Dasar kelasIV, atau kelas II, bahkan ada yang mampu
mencapai tingkat usia mentalsetingkat usia mental anak pra sekolah. Dalam hal
belajar, sukarmemahami masalah. Masalah yang bersifat abstrak dan cara
belajarnyabanyak secara membeo (rote learning) bukan dengan pengertian.
b.
Segi sosial.
Dalam kemampuan bidang sosial juga
mengalami kelambatan kalaudibandingkan dengan anak normal sebaya. Hal ini
ditunjukkan denganpergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan
memimpin diri.Waktu masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus,
disuapimakanan, dipasangkan dan ditanggalkan pakaiannya, diawasi terusmenerus,
setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung padabantuan orang lain.
Kemampuan sosial mereka ditunjukkan dengan SocialAge (SA) yang sangat kecil dibandingkan
dengan Cronological Age(CA). Sehingga skor sosial Social Quotient (SQ)nya
rendah.
c.
Ciri pada fungsi mental
lainnya.
Mereka mengalami kesukaran dalam
memusatkan perhatian, jangkauanperhatiannya sangat sempit dan cepat beralih
sehingga kurang tangguhdalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami
kesukaranmengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat
asosiasiserta sukar membuat kreasi baru.
d.
Ciri dorongan dan emosi
Perkembangan dorongan emosi anak
tunagrahita berbeda-beda sesuaidengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing.
Anak yang berat dansangat berat ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan
doronganuntuk mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan lapar
tidakmenunjukkan tanda-tandanya, mendapat perangsang yang menyakitkantidak mampu
menjauhkan diri dari perangsang tersebut. Kehidupanemosinya lemah, dorongan
biologisnya dapat berkembang tetapipenghayatannya terbatas pada perasaan
senang, takut, marah, dan benci.
Anak yang tidak terlalu berat
ketunagrahitaannya mempunyai kehidupanemosi yang hampir sama dengan anak normal
tetapi kurang kaya, kurangkuat, kurang beragam, kurang mampu menghayati
perasaan bangga,tanggung jawab dan hak sosial.
e.
Ciri kemampuan dalam
bahasa
Kemampuan bahasa sangat terbatas
perbendaraaan kata terutama katayang abstrak. Pada anak yang
ketunagrahitaannnya semakin berat banyakyang mengalami gangguan bicara
disebabkan cacat artikulasi danproblem dalam pembentukan bunyi.
f.
Ciri kemampuan dalam
bidang akademis
Mereka
sulit mencapai bidang akademis membaca dan kemampuanmenghitung yang
problematis, tetapi dapat dilatih dalam menghitungyang bersifat perhitungan.
g.
Ciri kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari
berbagai penelitian oleh Leahy, Balla,dan Zigler (Hallahan & Kauffman,
1988:69) bahwa anak yang merasaretarded tidak percaya terhadap kemampuannya,
tidak mampumengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak
bergantungpada pihak luar (external locus of control). Mereka tidak mampu
untukmengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinyabergantung
pengarahan dari luar.
h.
Ciri kemampuan dalam
organisme.
Kemampuan anak tunagrahita untuk
mengorganisasi keadaan dirinyasangat jelek, terutama pada anak tunagrahita yang
kategori berat. Hal iniditunjukan dengan baru dapat berjalan dan berbicara pada
usia dewasa,sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan
penglihatannyatidak dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit,
bau yangtidak enak, serta makanan yang tidak enak.
Sedang karakteristik anak
tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkanberat ringannya kelainan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Mampudidik. Mampudidik
merupakan istilah pendidikan yang digunakan untukmengelompokkan tunagrahita
ringan. Mampudidik memiliki kapasitasinteligensi antara 50 – 70 pada skala
Binet maupun Weschler. Merekamasih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam
bidang akademikyang sederhana (dasar) yaitu membaca, menulis dan berhitung.
Anakmampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahunatau kelas
6 sekolah dasar, apabila mendapatkan layanan dan bimbinganbelajar yang sesuai
maka anak mampu didik dapat lulus sekolah dasar.Anak mampu didik setelah dewasa
masih memungkinkan untuk dapatbekerja mencari nafkah, dalam bidang yang tidak
memerlukan banyakpemikiran. Tunagrahita mampudidik umumnya tidak desertai
dengankelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan lahiriah
anakmampudidik tidak berbeda dengan anak normal sebaya, bahkan seringanak mampu
didik dikenal dengan terbelakang mental 6 jam, hal inidikarenakan anak terlihat
terbelakang mental sewaktu mengikuti pelajaranakademik di sekolah saja, yang
mana jam sekolah adalah 6 jam setiaphari.
Mampulatih. Tunagrahita
mampulatih secara fisik sering memiliki atau disertai dengankelinan fisik baik
sensori mapupun motoris, bahkan hampir semua anakyang memiliki kelainan dengan
tipe klinik masuk pada kelompok mampulatih sehingga sangat mudah untuk
mendeteksi anak mampu latih, karenapenampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda
dengan anak normal sebaya.Anak mampulatih memiliki kapasitas inteligensi (IQ)
berkisar antara 30 –50, kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8
tahun ataukelas 2 SD. Kemampuan akademik anak mampulatih tidak dapatmengikuti
pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhan seperti membaca,
menulis dan berhitung. Anak mampulatih hanyamampu dilatih dalam keterampilan
mengurus diri sendiri dan aktivitaskehidupan sehari-hari.
Perlurawat. Anak
perlu rawat adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat,jika pada
istilah kedokteran disebut dengan idiot. Anak perlu rawatmemiliki kapasitas
inteligensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilan. Anak ini
hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan sehari-hari.
Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.
4.
Tuna
Laras
Anak tunalaras adalah anak-anak
yang mengalami gangguan perilaku,yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, baik di sekolahmaupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya,
anak-anak tunalarasmemiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak
berada di bawahrata-rata. Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku
sosialnya.
Beberapa karakteristik yang
menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku
sosial ini adalah:
a.
Karakteristik umum
Mengalami gangguan perilaku; suka
berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan,
sulit konsentrasi, tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain,
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek,
dan sebagainya.
Mengalami kecemasan; kawatir,
cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang
percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
Kurang dewasa; suka berfantasi,
berangan-anagan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan,
dan sebagainya.
Agresif; memiliki gang jahat, suka
mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos
sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
b.
Sosial /emosi
Sering melanggar norma masyarakat,
Sering mengganggu dan bersifat agresif, Secara emosional sering merasa rendah
diri dan mengalami kecemasan
c.
Karakteristik akademik
Hasil belajarnya seringkali jauh di
bawah rata-rata, Seringkali tidak naik kelas, Sering membolos sekolah, Seringkali
melanggar peraturan sekolah dan lalulintas.
5.
Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak
yang mengalami kelainan fisik, ataucacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota
tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang
disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau otak, disebut sebagai
cerebral palcsy(CP), dengan karakteristik sebagai berikut:
a.
Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa
kekakuan, kelumpuhan, gerakangerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan
ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar
dan motorik halus.
b.
Gangguan Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terleak
otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan di
otak, maka sering anak cerebral palsy disertai gangguan sensorik, beberapa
gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan
perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan
otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak
cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.
c.
Gangguan Tingkat
Kecerdasan
Walaupun anak cerebral palsy
disebabkan karena kelainan otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak cerebral
palsy bervariasi, tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mulai dari tingkat
yang paling rendah sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental,
dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata.
Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).
d.
Kemampuan Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami
gangguan wicara yang disebabkanoleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama
pada organ artikulasiseperti lidah, bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadikarena
kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan.Dengan keadaan yang
demikian maka bicara anak-anak cerebral palsymenjadi tidak jelas dan sulit
diterima orang lain.
e.
Emosi dan Penyesuaian
Sosial
Respon dan sikap masyarakat
terhadap kelainan pada anak cerebralpalsy, mempengaruhi pembentukan pribadi
anak secara umum. Emosianak sangat bervariasi, tergantung rangsang yang
diterimanya. Secaraumum tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal,
kecualibeberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkanemosi yang
tidak terkendali. Sikap atau penerimaan masyarakatterhadap anak cerebral palsy
dapat memunculkan keadaan anak yangmerasa rendah diri atau kepercayaan dirinya
kurang, mudahtersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakandiri
dan bergaul dengan lingkungan.
Sedangkan anak anak yang mengalami
kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita
oleh anak-anak pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan gangguan
motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada
sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk
berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi
kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak. Dalam kehidupan sehari-hari anak
perlu bantuan dan alat yang sesuai. Keadaan kapasitas kemampuan intelektual
anak gangguan gerak otot ini tidak berbeda dengan anak normal.
6.
Gifted
(Potensi Kecerdasan Istimewa)
Anak berbakat dalam konteks ini
adalah anak-anak yang mengalamikelainan intelektual di atas rata-rata.
Berkenaan dengan kemampuanintelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan,
bahwadiperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia
yangrentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi (highlygifted),
sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137 yaitu yangmencakup
rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebutmoderately gifted. Mereka
semua memiliki talen akademik (academictalented) atau keberbakatan intelektual.
Beberapa karakteristik yang
menonjol dari anak-anak berbakat sebagaimana diungkapkan Kitato dan Kirby,
dalam Mulyono (1994), dalam ini adalah sebagai berikut:
a.
Karakteristik
Intelektual
1)
Proses belajarnya
sangat cepat
2)
Tekun dan rasa ingin
tahu yang besar
3)
Rajin membaca
4)
Memiliki perhatian yang
lama dalam suatu bidang khusus
5)
Memiliki pemahaman yang
sangat majau terhadap suatu konsep
6)
Memiliki sifat
kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik
b.
Karakteristik
Sosial-emosional
1)
Mudah diterima teman-teman
sebaya dan orang dewasa
2)
Melibatkan diri dalam
berbagai kegiatan sosial, dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
3)
Kecenderungan sebagai
pemisah dalam suatu pertengkaran
4)
Memiliki kepercayaan
tentang persamaan derajat semua orang, dan jujur
5)
Perilakunya tidak
defensif, dan memiliki tenggang rasa
6)
Bebas dari tekanan
emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku
produktif bagi oranglain.
7)
Memiliki kapasitas yang
luar biasa dalam menanggulangi masalah sosial.
c.
Karakteristik
Fisik-kesehatan
1)
Berpenampilan rapi dan
menarik
2)
Kesehatannya berada
lebih baik di atas rata-rata
7.
Kesulitan
Belajar atau Lambat Belajar
Berkesulitan belajar merupakan
salah satu jenis anak berkebutuhankhusus yang ditandai dengan adanya kesulitan
untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan
mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan suatu
istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang
berkaitan dengan masalah akademis.
Berkesulitan belajar merupakan
istilah generik, sehingga mengandung berbagai bentuk kesulitan di segala
bidang. Kesulitan belajar spesifik dikenal dengan istilah disfungsi minimal
otak (DMO) oleh dunia kedokteran. Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya
dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:
a.
Kesenjangan antara
kapasitas intelektual dan prestasi belajar
b.
Adanya disfungsi
minimal otak
c.
Adanya gangguan pada
proses psikologi dasar
d.
Adanya kesulitan pada
pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar dapat dibagi
menjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra-sekolah dan kesulitan
belajar akademik bagi anak usia sekolah. Sedangkan karakteristik spesifik dapat
ditunjukkan sesuai dengan sebutan atau gejala yang muncul yaitu: disleksia,
disgraphia, dispraksia, diskalkulia, disphasia, body awarness, Dsb. Anak
berkesulitan belajar spesifik memiliki karakteristik yang unik setiap anak
memiliki karakteristik yang ber beda-beda (heterogen) sehingga untuk
penangananya setiap anak akan berbeda sesuai dengan hasil diagnosisnya. Untuk
itu penanganan anak tidak ada di sekolah
khusus tetapi di sekolah umum dengan kelas remidial. (Suparno &
Purwanto).
8.
Tuna
Wicara
Menurut Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998) tuna wicara adalah apabila seseorang
mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suaranya
dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan
dalam lingkungan.
Sedangkan
menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi
dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah
hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono
Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan
Luar Biasa Umum (1994) gangguan
wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara,
artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
Tuna
wicara ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya gangguan prenatal
(hereditas/ keturunan dan anoxia/ kekurangan oksigen dalam janin), gangguan neonatal
(bayi prematur yang lahir tidak normal), gangguan posnatal (infeksi campak,
meningitis, infeksi alat pernapasan dan lain sebagainya).
9.
Autis
dan Sindrom Asperger
Kata
autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘auto’ yang
berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan
‘orientasi atau arah atau keadaan (state).Sehingga autisme dapat didefinisikan
sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber,
1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
American
Psych mengemukakan bahwa autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada
anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak
mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku
“Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American
Psychiatic Association 2000)
Sedangkan sindrom aspergermerupakan gangguan kejiwaan pada diri
seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi.Asperger merupakan varisi autis yang paling ringan. Para
penderita sindrom asperger memiliki kondisi striktural otak secara keseluruhan
lebih baik dibandingkan dengan penderita autisme. Seorang penyandang sindrom
asperger dapat memperlihatkan bermacam – macam karakter dan gangguan. Hanya
saja pada umumnya, seorang penderita sindrom asperger memperlihatkan kekurangan
dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu
melakukan hal – hal yang sama secara berulang – ulang.
10.
Tuna
Ganda
Menurut Johnston dan Magrab (1976 :
7) Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup
kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan
oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi,
gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.
Tuna ganda adalah anak-anak yang
mempunyai masalah-masalah jasmani,mental atau emosional yang sangat berat atau
kombinasi dari berbagai masalah, memerlukan pelayanan pendidikan,sosial,
psikologis dan medik yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa
reguler,agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal sehingga berguna
dalam partisipasi di masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
B.
KARAKTERISTIK
CARA BELAJAR ABK MENURUT JENISNYA
Menurut Rofi’ah (2015) karakteristik cara belajar anak berkebutuhan
khusus berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut.
1.
Tunanetra
Anak dengan gangguan penglihatan
(Tunanetra) adalah anak yang mengalamigangguan daya penglihataan sedemikian
rupa, sehingga membutuhkaan layanan khusus dalam pendidikanmaupun
kehidupannya.Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca
menulis dan berhitungdiperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang
sedikit penglihatan (low vision)diperlukan kaca pembesar atau huruf
cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar.
2.
Tunarungu
Anak dengan Gangguan Pendengaran
(Tuna rungu) adalah anak yang kehilanganseluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehinggamengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah
diberikan pertolongandengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan
layanan pendidikan khusus. Berikut adalah metode belajar untuk anak tunarungu
menurut
a.
Metode
Elemen dan Bicara yang Tampak (Visible speech and the element method)
Visible speech
merupakan suatu system yang direncanakan untuk menunjukkan berbagai suara yang
dapat dikeluarkan dari mulut. Sistem ini tidak berdasarkan pada suara tetapi
pada aktifitas organ suara dalam memproduksi suara.
b.
Metode
Mengoceh (The babbling Method).
Metode babbling pada
esensinya, system ini merupakan latihan yang menekankan pada suara, ritme, dan
pengaturan nafas. Sistem ini mempercayakan pada pengulangan yang konstan sampai
langkah yang mencakup beberapa langkah. Pertama, memerlukan latihan untuk tiga
suku kata tunggal yang diucapkan dengan cepar. Kedua, kata-kata dari dua suku
kata dimulai dengan konsonan yang dikombinasikan, dan tekanan boleh jatuh pada
salah satu atau setiap suku kata.
c.
Metode
Akustik (The Acoustic Method)
Metode akustik
meliputi suara dan suara musik, vibrasi suara yang dirasakan oleh kesan
perabaan untuk menginterpretasikan nada, irama, tekanan, volume/kekerasan, dan
perubahan nada suara; menganalisa bunyi bicara melalui perbedaan perabaan;
gabungan dan pembentukan bicara melalui kesan perabaan, perbedaan gelombang
suara mereka yang diapresiasi melalui persepsi visual.
d.
Metode
Konsentris (The Concentris Method)
Metode ini
didaarkan pada pernyataan secara normal pendengaran anak digunakan pada system
fonem yang dipersingkat, artinya mereka boleh menggunakan suara dalam jumlah
yang terbatas untuk mengekspresikan fonem-fonem dalam bahasa mereka. Pada
system ini terjadi kesulitan dalam pemahaman karena kemampuan membaca ujarannya
rendah, atau dalam mengekspresikan bicaranya rendah. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan menggunakan ejaan jari secara simultan.
e.
Metode
Perabaan, Penglihatan dan pendengaran (The TVA Method atau tactile,visual
auditory)
Metode ini merupakan
metode yang multy sensori, pendekatan “natural” untuk mengembangkan bicara.
Sekolah Lexington untuk anak tunarungu di Amerika, menggunakan program bicara
secara khusus. Hal ini mungkin secara seksama dinamakan sebagai suatu filsafat
daripada sebagai metode. Anak-anak didorong untuk berbicara secara spontan
setiap waktu dengan menggunakan pendekatan perkataan yang lengkap. Pendekatan
ini mencakup pendekatan syntetis dan analisis, tetapi aspek analisis bukan yang
utama. Sebagai conoh artikulasi dilihat sebagai perkembangan dari proses
bicara, bukan sebagai dasar untuk hal ini (Aprilia: 2010).
3.
Tuna Grahita
Anak dengan gangguan Intelektual
(Tuna grahita) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan danketerbelakangan
perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalamikesulitan
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan
khusus. Pendidikan khusus bagi anak dengan tuna Grahita misalnya terapi
kecakapan mengurus diri, namun jika tuna grahita berat harus dengan
pendampingan.
4.
Tuna laras
Anak dengan gangguan prilaku dan
emosi (tuna laras) adalah anak yangberperilaku menyimpang baik pada taraf
sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai
akibatterganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga
merugikan dirinyasendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya
memerlukan pelayanandan pendidikan secara khusus.
5.
Tuna Daksa
Anak dengan gangguan Gerak Anggota
Tubuh (Tunadaksa)adalah anak yangmengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada anggota gerak tulang, sendi, danotot. Mereka mengalami gangguan gerak
karena kelayuhan otot, atau gangguanfungsisyaraf otak (disebut Cerebral Palsy
/CP].Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat darisegi fungsi fisiknya dan dari
segi anatominya.
6.
Gifted (Potensi
Kecerdasan Istimewa)
Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan
Bakat Istimewa (Gifted andTallented)adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehinggauntuk
mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus.
7.
Kesulitan dalam Belajar atau Lambat Belajar
Lamban belajar (slow learner) adalah
anak yang memiliki potensi intelektualsedikit di bawahanak normal, tetapi tidak
termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85).Dalam beberapa
hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, meresponrangsangan
dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yangtunagrahita.
Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.Sehingga
mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
8.
Tuna Wicara
Guru membantu dan mendukung
perkembangan positif kemampuan berbicara dan berbahasa anak dengan :
a.
Memberikan contoh
berbicara yang baik melalui diri sendiri dengan berbicara jelas dan
bersemangat.
b.
Mendengarkan dengan
kepekaan dan minat pada apa yang dikatan anak.
c.
Mengajarkan bahasa yang
baik dan benar lebih banyak melalui contoh-contoh dibandingkan koreksi.
d.
Menciptakan suasana
ruang kelas yang membuat anak merasa nyaman untuk bertanya atau berpartisipasi
dalam diskusi kelas. (Smith:2015)
9.
Autis dan Sindrom
Asperger
Untuk mengatasi masalah belajar
pada anak dengan autis telah tersedia suatu alat yang disebut Augmentative
and alternative communication (AAC) adalah media dan metode serta cara yang
digunakan oleh anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi agar dapat
berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan orang di sekitarnya. Sistem ini
berupa aplikasi gambar yang memudahkan penderiata ASD dan orang tua melakukan
komunikasi dan memudakan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Nida: 2013).
10. Tuna
Ganda
Untuk pendidikan
anak tunarungu ganda, diperlukan perencanaan khususmengenai kurikulum, materi
dan metode pengajaran, teknik-teknik konseling yangmemadai harus dikembangkan
untuk membantu orang tua anak tunarungu ganda danjuga memberikan fasilitas
untuk mengembangkan anak tunarungu ganda secaraoptimal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
ABK merupakan
anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik dan cara belajar yang
berbeda dengan anak-anak lainnya. Pada
undang-undang sistem pendidikan nasional, pemerintah telah mengklasifikasikan
macam-macam anak berkebutuhan khusus sebagai berikut, tunanetra, tunarungu,
tunawicara, tunadaksa, tunalaras, tunaganda, tunagrahita, autis dan sindrom
asperger, gifted dan kesulitan belajar. Dari klasifikasi ABK tersebut mereka
mempunyai cara belajar yang beda-beda. Cara belajar yang ditentukan baik itu
dalam bentuk pelatihan maupun kurikulum juga disesuaikan dengan kemampuan fisik
dan mental ABK tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Imas Diana. 2010. Educating The Deaf: Psychology, Principles, And PracticesByDonald F.
Moores (2001)Boston: Houghton Mifflin Company.
Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Suara.
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang
memerlukan
layanan Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas
Mangunsong, Frieda, dkk.( 1998), Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI
Nida, Fatma
Laili Khoirun. 2013. Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Vol. I. NO. 2.
hal 182.
Purwanto, Heri,( 1998), Ortopedagogik Umum. Yogyakarta : IKIP
Yogyakarta
Rofiah,
Nurul Hidayati. 2015. Bimbingan Belajar untuk Anak Berkebutuhan Khusus Di
Sekolah Dasar. hal : 257-258.
Smith, J. David. 2015. Sekolah untuk Semua Teori dan Implementasi
Inklusi. Bandung: Nuansa Cendekia.