Sabtu, 01 Juli 2017

Karakteristik Cara Belajar ABK



KARAKTERISTIK CARA BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(BERDASARKAN JENISNYA)

Dosen Pengampu : Iyan Sofyan, S.Pd., M.A

Disusun Oleh :
1.     Adila Rasyada               (1400002003)
2.     Dyah Ayu Apriliani       (1400002010)
3.     Isnaini Nurul Islami       (1400002018)
4.     Diah Pujiastuti               (14000020021)
5.     Ulfah Lailiyah                (1400002047)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus, membutuhkan suatu pola atau metode tersendiri sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya masing-masing. Menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus hendaknya mengetahui karakteristik masing-masing pribadi peserta didiknya. Selain itu guru juga harus memahami tentang kemampuan dan kelemahan, serta potensi dan tingkat perkembangan peserta didik..
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan didasarkan kepada kurikulum berbasis kompetisi.
Model pembelajaran tersebut hendaknya sesuai jenis karakteristik ABK, dengan begitu guru dapat menyusun model atau metode pembelajaran setiap anak.




B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja jenis-jenis pengklasifikasian ABK menurut Undang-undang?
2.      Bagaimana karakteristik cara belajar ABK sesuai dengan pengkasifikasian berdasarkan jenis-jenisnya?

C.      TUJUAN
1.         Memahami dan mengetahui jenis-jenis ABK berdasarkan Undang-undang
2.         Mengetahui karakteristik cara belajar anak berkebutuhan khusus sesuai dengan klasifikasi jenis-jenisnya



BAB II
PEMBAHASAN

A.      JENIS-JENIS ABK MENURUT UU SISDIKNAS NO. 32 AYAT 1
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, pemerintah telah mengklasifikasikan macam-macam anak berkebutuhan khusus sebagai berikut.
1.         Tunanetra
Secara umum kemampuan akademik, anak-anak dengan tunanetra sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Keadaan ketunanetraan berpengaruhpada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidangmembaca dan menulis. Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang dinyatakan dengan tingkat ketajaman penglihatan atau visus sentralis di atas 20/200 dan secara pedagogis membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya di sekolah. Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra adalah:
a.         Segi Fisik
Secara fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali adanya kelainan pada organ penglihatan/mata, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan balik dari stimuli visual.
b.        Segi Motorik
Hilangnya indera penglihatan sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap keadaan motorik anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya 4-2 pengalaman visual menyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan orientasi lingkungan. Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra harus belajar bagaimana berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.
c.         Perilaku
Kondisi tunanetra tidak secara langsung menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku pada diri anak, meskipun demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya. Anak tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat berupa sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang mengungkap mengapa tunanetra kadang-kadang mengembangkan perilaku stereotipnya.
Hal itu terjadi mungkin sebagai akibat dari tidak adanya rangsangan sensoris, terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial.
d.        Akademik
Secara umum kemampuan akademik, anak-anak tunanetra sama sepertianak-anak normal pada umumnya. Keadaan ketunanetraan berpengaruhpada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidangmembaca dan menulis.
e.         Pribadi dan Sosial
Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melaluipengamatan dan menirukan, maka anak tunananetra sering mempunyaikesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang benar.Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadapketerampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan latihan langsungdalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atauorientasi wajah, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakangerakan tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan intonasi suara atauwicara dalam mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepatpada waktu melakukan komunikasi.



2.         Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normalpada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adalah:
a.         Segi Fisik
Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam aktivitas fisiknya.
Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.
b.        Segi Bahasa
Miskin akan kosa kata, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic, serta tatabahasanya kurang teratur.
c.         Intelektual
Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban.
Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya kelambanan dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
d.        Sosial-emosional
Sering merasa curiga dan syak wasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga. Serta sering bersikap agresif.

3.         Tunagrahita
Tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kapasitas intelektual (IQ) dibawah 70 yang disertai dengan ketidak mampuan dalam penyesiuaian diri denganlingkungan sehingga memiliki berbagai permasalahan sosial, untuk itu diperlukan layanan dan perlakuan pendidikan khusus. Tunagrahita dapat dilihat dari berbagaidisiplin ilmu sehingga terdapat berbagai istilah kalsifikasi dan karakteristiknya,menurut psikologi tunagrahita dibagi menjadi mild, moderate, severe, dan profound.Sedang kedokteran membagi menjadi debil, imbesil dan idiot, serta dalampendidikan dapat di kelompokkan menjadi mampu didik, mampu latih dan perlurawat. Karakteristik berdasar klasifikasi klinik atau adanya ciri fisik yang khasmeliputi Down’s syndrome, kritin, macro cephalus (hidro cephalus), dan micro cephalus.
Untuk memahami karakteristik anak tunagrahita maka perludisesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sesuai dengan bidang bahasan pada materi ini akan dibahas pada karakteristik akademik tunagrahita sebagai berikut:
Karakteristik anak tunagrahita secara umum menurut James D. Page(Amin, 1995:34-37) dicirikan dalam hal: kecerdasan, sosial, fungsi mental,dorongan dan emosi, kepribadian serta organisme. Masing-masing hal itusebagai aspek diantara tunagrahita dengan dijelaskan sebagai berikut:
a.         Intelektual.
Dalam pencapaian tingkat kecerdasan bagi tunagrahita selalu dibawahrata-rata dengan anak yang seusia sama, demikian juga perkembangankecerdasan sangat terbatas. Mereka hanya mampu mencapai tingkat usiamental setingkat usia mental anak usia mental anak Sekolah Dasar kelasIV, atau kelas II, bahkan ada yang mampu mencapai tingkat usia mentalsetingkat usia mental anak pra sekolah. Dalam hal belajar, sukarmemahami masalah. Masalah yang bersifat abstrak dan cara belajarnyabanyak secara membeo (rote learning) bukan dengan pengertian.
b.        Segi sosial.
Dalam kemampuan bidang sosial juga mengalami kelambatan kalaudibandingkan dengan anak normal sebaya. Hal ini ditunjukkan denganpergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri.Waktu masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus, disuapimakanan, dipasangkan dan ditanggalkan pakaiannya, diawasi terusmenerus, setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung padabantuan orang lain. Kemampuan sosial mereka ditunjukkan dengan SocialAge (SA) yang sangat kecil dibandingkan dengan Cronological Age(CA). Sehingga skor sosial Social Quotient (SQ)nya rendah.
c.         Ciri pada fungsi mental lainnya.
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauanperhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguhdalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami kesukaranmengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasiserta sukar membuat kreasi baru.
d.        Ciri dorongan dan emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuaidengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing. Anak yang berat dansangat berat ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan doronganuntuk mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan lapar tidakmenunjukkan tanda-tandanya, mendapat perangsang yang menyakitkantidak mampu menjauhkan diri dari perangsang tersebut. Kehidupanemosinya lemah, dorongan biologisnya dapat berkembang tetapipenghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah, dan benci.
Anak yang tidak terlalu berat ketunagrahitaannya mempunyai kehidupanemosi yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurangkuat, kurang beragam, kurang mampu menghayati perasaan bangga,tanggung jawab dan hak sosial.
e.         Ciri kemampuan dalam bahasa
Kemampuan bahasa sangat terbatas perbendaraaan kata terutama katayang abstrak. Pada anak yang ketunagrahitaannnya semakin berat banyakyang mengalami gangguan bicara disebabkan cacat artikulasi danproblem dalam pembentukan bunyi.
f.         Ciri kemampuan dalam bidang akademis
Mereka sulit mencapai bidang akademis membaca dan kemampuanmenghitung yang problematis, tetapi dapat dilatih dalam menghitungyang bersifat perhitungan.
g.        Ciri kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh Leahy, Balla,dan Zigler (Hallahan & Kauffman, 1988:69) bahwa anak yang merasaretarded tidak percaya terhadap kemampuannya, tidak mampumengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak bergantungpada pihak luar (external locus of control). Mereka tidak mampu untukmengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinyabergantung pengarahan dari luar.
h.        Ciri kemampuan dalam organisme.
Kemampuan anak tunagrahita untuk mengorganisasi keadaan dirinyasangat jelek, terutama pada anak tunagrahita yang kategori berat. Hal iniditunjukan dengan baru dapat berjalan dan berbicara pada usia dewasa,sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannyatidak dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, bau yangtidak enak, serta makanan yang tidak enak.
Sedang karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkanberat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Mampudidik. Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan untukmengelompokkan tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitasinteligensi antara 50 – 70 pada skala Binet maupun Weschler. Merekamasih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam bidang akademikyang sederhana (dasar) yaitu membaca, menulis dan berhitung. Anakmampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahunatau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapatkan layanan dan bimbinganbelajar yang sesuai maka anak mampu didik dapat lulus sekolah dasar.Anak mampu didik setelah dewasa masih memungkinkan untuk dapatbekerja mencari nafkah, dalam bidang yang tidak memerlukan banyakpemikiran. Tunagrahita mampudidik umumnya tidak desertai dengankelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan lahiriah anakmampudidik tidak berbeda dengan anak normal sebaya, bahkan seringanak mampu didik dikenal dengan terbelakang mental 6 jam, hal inidikarenakan anak terlihat terbelakang mental sewaktu mengikuti pelajaranakademik di sekolah saja, yang mana jam sekolah adalah 6 jam setiaphari.
Mampulatih. Tunagrahita mampulatih secara fisik sering memiliki atau disertai dengankelinan fisik baik sensori mapupun motoris, bahkan hampir semua anakyang memiliki kelainan dengan tipe klinik masuk pada kelompok mampulatih sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karenapenampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya.Anak mampulatih memiliki kapasitas inteligensi (IQ) berkisar antara 30 –50, kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun ataukelas 2 SD. Kemampuan akademik anak mampulatih tidak dapatmengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhan seperti membaca, menulis dan berhitung. Anak mampulatih hanyamampu dilatih dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitaskehidupan sehari-hari.
Perlurawat. Anak perlu rawat adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat,jika pada istilah kedokteran disebut dengan idiot. Anak perlu rawatmemiliki kapasitas inteligensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilan. Anak ini hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan sehari-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.

4.         Tuna Laras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku,yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolahmaupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalarasmemiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawahrata-rata. Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:
a.         Karakteristik umum
Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
Kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.
Agresif; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
b.        Sosial /emosi
Sering melanggar norma masyarakat, Sering mengganggu dan bersifat agresif, Secara emosional sering merasa rendah diri dan mengalami kecemasan
c.         Karakteristik akademik
Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata, Seringkali tidak naik kelas, Sering membolos sekolah, Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas.

5.         Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, ataucacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau otak, disebut sebagai cerebral palcsy(CP), dengan karakteristik sebagai berikut:
a.         Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakangerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus.
b.        Gangguan Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terleak otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.
c.         Gangguan Tingkat Kecerdasan
Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak cerebral palsy bervariasi, tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mulai dari tingkat yang paling rendah sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata. Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).
d.        Kemampuan Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkanoleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasiseperti lidah, bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadikarena kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan.Dengan keadaan yang demikian maka bicara anak-anak cerebral palsymenjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
e.         Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebralpalsy, mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosianak sangat bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya. Secaraumum tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecualibeberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkanemosi yang tidak terkendali. Sikap atau penerimaan masyarakatterhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan anak yangmerasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudahtersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakandiri dan bergaul dengan lingkungan.
Sedangkan anak anak yang mengalami kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak. Dalam kehidupan sehari-hari anak perlu bantuan dan alat yang sesuai. Keadaan kapasitas kemampuan intelektual anak gangguan gerak otot ini tidak berbeda dengan anak normal.
                                
6.         Gifted (Potensi Kecerdasan Istimewa)
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalamikelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuanintelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan, bahwadiperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yangrentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi (highlygifted), sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137 yaitu yangmencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebutmoderately gifted. Mereka semua memiliki talen akademik (academictalented) atau keberbakatan intelektual.
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berbakat sebagaimana diungkapkan Kitato dan Kirby, dalam Mulyono (1994), dalam ini adalah sebagai berikut:
a.         Karakteristik Intelektual
1)        Proses belajarnya sangat cepat
2)        Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
3)        Rajin membaca
4)        Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
5)        Memiliki pemahaman yang sangat majau terhadap suatu konsep
6)        Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik
b.        Karakteristik Sosial-emosional
1)        Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
2)        Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
3)        Kecenderungan sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran
4)        Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang, dan jujur
5)        Perilakunya tidak defensif, dan memiliki tenggang rasa
6)        Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi oranglain.
7)        Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah sosial.
c.         Karakteristik Fisik-kesehatan
1)        Berpenampilan rapi dan menarik
2)        Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata

7.         Kesulitan Belajar atau Lambat Belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhankhusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan suatu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis.
Berkesulitan belajar merupakan istilah generik, sehingga mengandung berbagai bentuk kesulitan di segala bidang. Kesulitan belajar spesifik dikenal dengan istilah disfungsi minimal otak (DMO) oleh dunia kedokteran. Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:
a.         Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
b.        Adanya disfungsi minimal otak
c.         Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
d.        Adanya kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra-sekolah dan kesulitan belajar akademik bagi anak usia sekolah. Sedangkan karakteristik spesifik dapat ditunjukkan sesuai dengan sebutan atau gejala yang muncul yaitu: disleksia, disgraphia, dispraksia, diskalkulia, disphasia, body awarness, Dsb. Anak berkesulitan belajar spesifik memiliki karakteristik yang unik setiap anak memiliki karakteristik yang ber beda-beda (heterogen) sehingga untuk penangananya setiap anak akan berbeda sesuai dengan hasil diagnosisnya. Untuk itu penanganan anak tidak ada di sekolah  khusus tetapi di sekolah umum dengan kelas remidial. (Suparno & Purwanto).

8.         Tuna Wicara
Menurut  Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998) tuna wicara adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994)  gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
Tuna wicara ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya gangguan prenatal (hereditas/ keturunan dan anoxia/ kekurangan oksigen dalam janin), gangguan neonatal (bayi prematur yang lahir tidak normal), gangguan posnatal (infeksi campak, meningitis, infeksi alat pernapasan dan lain sebagainya).


9.         Autis dan Sindrom Asperger
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘auto’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan (state).Sehingga autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
American Psych mengemukakan bahwa autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Sedangkan sindrom aspergermerupakan gangguan kejiwaan pada diri seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi.Asperger merupakan varisi autis yang paling ringan. Para penderita sindrom asperger memiliki kondisi striktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan penderita autisme. Seorang penyandang sindrom asperger dapat memperlihatkan bermacam – macam karakter dan gangguan. Hanya saja pada umumnya, seorang penderita sindrom asperger memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal – hal yang sama secara berulang – ulang.

10.     Tuna Ganda
Menurut Johnston dan Magrab (1976 : 7) Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.
Tuna ganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani,mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari berbagai masalah, memerlukan pelayanan pendidikan,sosial, psikologis dan medik yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa reguler,agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal sehingga berguna dalam partisipasi di masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

B.       KARAKTERISTIK CARA BELAJAR ABK MENURUT JENISNYA
Menurut Rofi’ah (2015) karakteristik cara belajar anak berkebutuhan khusus berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut.
1.         Tunanetra
Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalamigangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan khusus dalam pendidikanmaupun kehidupannya.Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitungdiperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan (low vision)diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar.

2.         Tunarungu
Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tuna rungu) adalah anak yang kehilanganseluruh atau sebagian daya pendengarannya sehinggamengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongandengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus. Berikut adalah metode belajar untuk anak tunarungu menurut
a.         Metode Elemen dan Bicara yang Tampak (Visible speech and the element method)
Visible speech merupakan suatu system yang direncanakan untuk menunjukkan berbagai suara yang dapat dikeluarkan dari mulut. Sistem ini tidak berdasarkan pada suara tetapi pada aktifitas organ suara dalam memproduksi suara.
b.        Metode Mengoceh (The babbling Method).
Metode babbling pada esensinya, system ini merupakan latihan yang menekankan pada suara, ritme, dan pengaturan nafas. Sistem ini mempercayakan pada pengulangan yang konstan sampai langkah yang mencakup beberapa langkah. Pertama, memerlukan latihan untuk tiga suku kata tunggal yang diucapkan dengan cepar. Kedua, kata-kata dari dua suku kata dimulai dengan konsonan yang dikombinasikan, dan tekanan boleh jatuh pada salah satu atau setiap suku kata.
c.         Metode Akustik (The Acoustic Method)
Metode akustik meliputi suara dan suara musik, vibrasi suara yang dirasakan oleh kesan perabaan untuk menginterpretasikan nada, irama, tekanan, volume/kekerasan, dan perubahan nada suara; menganalisa bunyi bicara melalui perbedaan perabaan; gabungan dan pembentukan bicara melalui kesan perabaan, perbedaan gelombang suara mereka yang diapresiasi melalui persepsi visual.
d.        Metode Konsentris (The Concentris Method)
Metode ini didaarkan pada pernyataan secara normal pendengaran anak digunakan pada system fonem yang dipersingkat, artinya mereka boleh menggunakan suara dalam jumlah yang terbatas untuk mengekspresikan fonem-fonem dalam bahasa mereka. Pada system ini terjadi kesulitan dalam pemahaman karena kemampuan membaca ujarannya rendah, atau dalam mengekspresikan bicaranya rendah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan ejaan jari secara simultan.
e.         Metode Perabaan, Penglihatan dan pendengaran (The TVA Method atau tactile,visual auditory)
Metode ini merupakan metode yang multy sensori, pendekatan “natural” untuk mengembangkan bicara. Sekolah Lexington untuk anak tunarungu di Amerika, menggunakan program bicara secara khusus. Hal ini mungkin secara seksama dinamakan sebagai suatu filsafat daripada sebagai metode. Anak-anak didorong untuk berbicara secara spontan setiap waktu dengan menggunakan pendekatan perkataan yang lengkap. Pendekatan ini mencakup pendekatan syntetis dan analisis, tetapi aspek analisis bukan yang utama. Sebagai conoh artikulasi dilihat sebagai perkembangan dari proses bicara, bukan sebagai dasar untuk hal ini (Aprilia: 2010).

3.         Tuna Grahita
Anak dengan gangguan Intelektual (Tuna grahita) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan danketerbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalamikesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Pendidikan khusus bagi anak dengan tuna Grahita misalnya terapi kecakapan mengurus diri, namun jika tuna grahita berat harus dengan pendampingan.

4.         Tuna laras
Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (tuna laras) adalah anak yangberperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibatterganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinyasendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanandan pendidikan secara khusus.

5.         Tuna Daksa
Anak dengan gangguan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa)adalah anak yangmengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak tulang, sendi, danotot. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguanfungsisyaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat darisegi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.

6.         Gifted (Potensi Kecerdasan Istimewa)
Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted andTallented)adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehinggauntuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus.

7.         Kesulitan dalam Belajar atau Lambat Belajar
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektualsedikit di bawahanak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85).Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, meresponrangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yangtunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

8.         Tuna Wicara
Guru membantu dan mendukung perkembangan positif kemampuan berbicara dan berbahasa anak dengan :
a.         Memberikan contoh berbicara yang baik melalui diri sendiri dengan berbicara jelas dan bersemangat.
b.        Mendengarkan dengan kepekaan dan minat pada apa yang dikatan anak.
c.         Mengajarkan bahasa yang baik dan benar lebih banyak melalui contoh-contoh dibandingkan koreksi.
d.        Menciptakan suasana ruang kelas yang membuat anak merasa nyaman untuk bertanya atau berpartisipasi dalam diskusi kelas. (Smith:2015)

9.         Autis dan Sindrom Asperger
Untuk mengatasi masalah belajar pada anak dengan autis telah tersedia suatu alat yang disebut Augmentative and alternative communication (AAC) adalah media dan metode serta cara yang digunakan oleh anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi agar dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan orang di sekitarnya. Sistem ini berupa aplikasi gambar yang memudahkan penderiata ASD dan orang tua melakukan komunikasi dan memudakan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Nida: 2013).

10.     Tuna Ganda
Untuk pendidikan anak tunarungu ganda, diperlukan perencanaan khususmengenai kurikulum, materi dan metode pengajaran, teknik-teknik konseling yangmemadai harus dikembangkan untuk membantu orang tua anak tunarungu ganda danjuga memberikan fasilitas untuk mengembangkan anak tunarungu ganda secaraoptimal.





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
ABK merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik dan cara belajar yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Pada undang-undang sistem pendidikan nasional, pemerintah telah mengklasifikasikan macam-macam anak berkebutuhan khusus sebagai berikut, tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, tunalaras, tunaganda, tunagrahita, autis dan sindrom asperger, gifted dan kesulitan belajar. Dari klasifikasi ABK tersebut mereka mempunyai cara belajar yang beda-beda. Cara belajar yang ditentukan baik itu dalam bentuk pelatihan maupun kurikulum juga disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental ABK tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Imas Diana. 2010. Educating The Deaf: Psychology, Principles, And PracticesByDonald F. Moores (2001)Boston: Houghton Mifflin Company.

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Suara.

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan
layanan Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas

Mangunsong, Frieda, dkk.( 1998), Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI

Nida, Fatma Laili Khoirun. 2013. Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Vol. I. NO. 2. hal 182.

Purwanto, Heri,( 1998), Ortopedagogik Umum. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta


Rofiah, Nurul Hidayati. 2015. Bimbingan Belajar untuk Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar. hal : 257-258.

Smith, J. David. 2015. Sekolah untuk Semua Teori dan Implementasi Inklusi. Bandung: Nuansa Cendekia.