MAKALAH
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
CONTOH
STUDI KASUS
Dosen
Pengampu : Iyan Sofyan, S.Pd., M.A

Di
Susun Oleh:
ADILA
RASYADA
1400002003
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak-anak
berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dari
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hahekat anak
berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan
guru dalam upaya menemukan jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai.
Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakekat
anak berkebutuhan khusus, maka kita sebagai calon guru akan dapat memenuhi
kebutuhan anak yang sesuai. Dan untuk kepentingan penanganan baik pendidikan
maupun pengajaran dan terapi terhadap anak berkebutuhan khusus. Seperti contoh
kasus yang saya bahas dalam makalah ini, mengenali anak berkebutuhan khusus dan
khususnya anak tuna daksa. Pada Tomi siswa SD LB Mangunsari, Salatiga kelas VD
yang mengalami kecacatan pada kakinya atau disebut dengan anak tuna daksa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PROFIL
TOMI SUGANDA
Tomi
Suganda adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus, yang bersekolah di SLB
Mangunsari kelas VD. Tomi lahir 18 November 1998 dari pasangan John Adadika dan
Triverna Martini, jadi sekarang dia berusia 11 tahun. Dia anak ke-3 dari 4
(empat) bersaudara. Pekerjaan ayahnya sebagai LSM dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga. Tomi tinggal bersama orang tuanya di Banjaran RT 01/RW 12. Tomi lahir
tidak normal atau dikenal dengan lahir prematur sehingga mengalami kelumpuhan
pada kakinya. Pertumbuhan dan perkembangan Tomi juga tidak berjalan dengan baik
jika dilihat dari bentuk fisik Tomi. Kelumpuhan Tomi ini membuat Tomi tidak
bisa berjalan dengan normal seperti kakak dan adiknya. Tomi berjalan merangkak
menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya yang kurang sempurna. Sedikit demi
sedikit akhirnya Tomi bisa berjalan tetapi berbeda dengan anak yang lainnya.
Tomi berjalan seperti kelainan kaki ”Leter X”, itupun harus dibantu oleh orang
lain dan biasa juga merambat lewat tembok atau pagar.
Kondisi
tubuh Tomi sering melemah karena sering sakit-sakitan seperti penyakit Flek,
Mimisan, Flu, Batuk dan Pusing seperti yang dialami ke-3 saudaranya yang lain.
Ini dikarenakan faktor keturunan dari ibunya yang juga mengalami kelemahan
secara fisik. Walaupun berkelainan Tomi tetap memiliki cita-cita. Dia senang
menekuni bidang kesenian khususnya bernyanyi dan bermain gamelan. Tak menyangka
disisi kelemahannya ada banyak potensi yang dia miliki yang bisa dia kembangkan
menjadi sesuatu yang luar biasa. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang
dokter menunjukkan bahwa ia memiliki cita-cita yang tinggi dalam hidupnya. Hidup
adalah proses, jika bisa melewati langkah demi langkah dan mampu mengatasi
pasti berhasil dan mencapai tujuan yaitu sukses.
B. Analisis
Studi Kasus
1. Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa istilah yang digunakan
untuk menunjukan keadaan Anak Berkebutuhan Khusus. Istilah Anak Berkebutuahan
Khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari
child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia
internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak
cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang dan anak luar biasa, ada
satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya
merupakan kependekan dari diference ability. Sejalan dengan perkembangan
pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah
istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus
membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa
yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar
biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak,
maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi
sesui dengan potensinya.
Seperti halnya Tomi yang mengalami cacat
pada kakinya atau disebut tunadaksa, jelas dia memiliki keterbatasan pada kedua
kakinya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak
berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas
intelektualnya diperlukan alat bantu sepeti kursi roda, maupun layanan
pendidikan. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka Tomi akan dapat berprestasi
sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetensi dengan anak
normal.
2. Jenis
Anak Berkebutuhan Khusus
Ada
3 jenis kelainan pada anak berkebutuhan khusus :
a. Kelainan
mental
b. Kelainan
fisik
c. Kelainan
emosi
Dari ketiga jenis
kelainan diatas, Tomi termasuk yang B yaitu kelainan fisik. Kelainan fisik
sendiri di bagi menjadi 4 golongan yaitu :
1) Kelainan
Tubuh (Tunadaksa)
Adanya
kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu
meliputi kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf
otot yang di sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan
organ tubuh (amputasi).
2) Kelainan
Indera Penglihatan (Tunanetra)
Seseorang
yang sudah tidak mampu memfungsikan indera penglihatannya untuk keperluan pendidikan
dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan
dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.
3) Kelainan
Indera Pendengaran (Tunarungu)
Kelainan
pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk memfungsikan
pendengarannya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk
pendidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokan menjadi 2,
yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
4) Kelainan
wicara
Seseorang
yang mengalami kesulitan dalam menggungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini
dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan
organik yang memang disebabkan adanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun
adanya ganguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.
Dari
4 golongan diatas, Tomi merupakan anak tuna daksa yaitu mengalami kecacatan pada
kakinya
3. Faktor
Penyebab Kelainan
Ada
berbagai faktor penyebab yang menyumbang terjadinya anak berkebutuhan khusus.
Adapun faktor-faktor tersebut meliputi :
a. Heriditer
b. Infeksi
c. Keracunan
d. Trauma
e. Kekurangan
gizi
Dari Profil Tomi, dapat
di ketahui bahwa faktor penyebab kelainan yang dialaminya adalah Heriditer dan
kekurangan gizi.
Penjelasan :
Heriditer
Adalah faktor
penyebabnya berdasarkan keturunan atau sering dikenal dengan genetik, yaitu
kelainan kromosome, pada kelompok penyebab heriditer masih ada kelainan bawaan
non genetik, seperti kelahiran pre-mature dan BBLR (berat bayi lahir rendah)
yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram, merupakan resiko terjadinya anak
berkebutuhan khusus.
Kekurangan gizi
Masa tumbuh kembang
sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun
pertama kehidupan. Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan
metabolisme maupun penyakit parasit pada anak seperti cacingan. Hal ini
mengingat indonesia merupakan daerah tropis yang banyak memunculkan atau tempat
tumbuh kembangnya penyakit parasit dan juga karena kurangnya asupan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan anak pada masa tumbuh kembang. Hal ini didukung
oleh kondisi penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Jika dipandang dari
sudut waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi :
a. Pre-natal
b. Peri-natal
c. Pasca-natal
Dari ketiga diatas, waktu
terjadinya kelainan yang dialami Tomi berada pada pasca-natal.
Yang dimaksud pasca-natal adalah terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun)
Yang dimaksud pasca-natal adalah terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun)
4. Dampak
Terjadinya Kelainan
Dari gambaran profil Tomi di atas,
akibat terjadinya berkebutuhan khusus sebagai suatu keadaan pada individu
dengan kondisi mental yang lemah termanifestasikan pada bentuk keterlambatan
dan ketidak seimbangan di dalam segala aspek. Tantangan membimbing berkebutuhan
khusus tersebut sebagai wujud dari hambatan yang dimilikinya. Hambatan itu
adalah internalisasi rangsangan lingkungan berakibat Tomi tidak mampu memenuhi
tuntutan lingkungan secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tomi
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan lingkungan tersebut sebagai dampak
dari keadaan kebutuhan khususnya yang berakibat juga pada kondisi sosial
psikologisnya, dan secara rinci diuraikan sebagai berikut :
a. Dampak
Fisiologis
Dampak
fisiologis, terlihat pada keadaan fisik bayu yaitu kurang mampu mengkoordinasi
gerak pada kedua kakinya, dan sekarang kelas V sudah mulai dapat berjalan
walaupun dibantu temannya atau merambat lewat tembok maupun pagar. Tanda
keadaan fisik penyandang berkebutuhan khusus yang kurang mampu mengkoordinasi
gerak antara lain : kurang mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang
tepat dan terarah, serta menjaga keshatan.
b. Dampak
Psikologis
Dampak
psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya, karena keadaan
mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya terhadap
tuntutan lingkungan. Kekurangan mampuan dalam penyesuaian diri yang diakibatkan
adanya ketidak sempurnaan individu, akibat dari rendahnya “self esteem” dan
dimungkinkan adanya kesalahan dalam pengarahan diri (self direction).
c. Dampak
Sosiologis
Dampak
sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu
disekitarnya, terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak
berkebutuhan khusus di keluarga sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan
kehadiran anak berkebutuhan khusus merupakan musibah, kesedihan, dan beban yang
berat. Kondisi itu termanifestasi dengan reaksi yang bermacam – macam, seperti
: kecewa, shock, marah, depresi, rasa bersalah dan bingung. Reaksi yang
beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga yang selamanya
tidak akan kembali seperti semula.
Mengenai
Bayu dalam dampak sosiologis :
Didalam lingkungan keluarga, Tomi seperti
anak pingit oleh orang tuanya, dia tidak boleh kemana-mana hanya didalam rumah,
teras dan di sekolah. Dalam menghabiskan waktu dirumah Bayu hanya menonton TV
dan bermain dengan saudaranya. Orang tuanya kawatir kalau terjadi sesuatu
dengan Bayu karena Bayu berkelainan dan berbeda dengan anak-anak yang normal.
Oleh karena itu orang tuanya, Tomi
disekolahkan di sekolah khusus SLB untuk anak-anak yang berkelainan atau
berkebutuhan khusus, supaya dapat mengekspresikan maksudnya dengan berbagai
cara sesuai dengan kemampuan dan sedikit dapat dimengerti orang lain. Tomi
termasuk siswa yang rajin. Dalam berbicara, membaca, menulis dan menghitung
sudah cukup lancar dibanding teman lainnya karena kakaknya juga sering membantu
dia disaat mengalami kesulitan belajar.
Dimata teman-teman Tomi adalah seorang anak yang baik. Tomi sering membantu temanya-temannya bila ada yang mengalami kesulitan. Dalam belajar Tomi tidak pernah tinggal kelas. Tomi memiliki semangat belajar yang tinggi, disaat Tomi sakit dia tetap masuk sekolah dan senang berada di sekolah itu. Selain bisa belajar juga bisa bermain-main dengan teman-teman satu sekolah.
Dimata teman-teman Tomi adalah seorang anak yang baik. Tomi sering membantu temanya-temannya bila ada yang mengalami kesulitan. Dalam belajar Tomi tidak pernah tinggal kelas. Tomi memiliki semangat belajar yang tinggi, disaat Tomi sakit dia tetap masuk sekolah dan senang berada di sekolah itu. Selain bisa belajar juga bisa bermain-main dengan teman-teman satu sekolah.
Dampak berkebutuhan khusus dari tiga
dimensi tersebut menyebabkan pengaruh yang cukup berarti dalam kehidupan Tomi.
Keterbatasan dan daya kemampuan yang bayu miliki menimbulkan munculnya berbagai
masalah, yaitu :
·
Masalah kesulitan dalam kehidupan
sehari-hari
Masalah
ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi
keterbatasan Tomi pada saat berjalan, yang belum bisa mengkoordinasi geraknya.
Keadaan itu diharapkan dalam program penanganan memprioritaskan bimbingan dan
latihan ketrampilan aktifitas kehidupan sehari-hari terutama memlihara diri
sendiri, seperti : cara makan, menggosok gigi, mamakai baju, memasang sepatu,
serta pekerjaan rumah tangga yang sangat sederhana.
·
Masalah penyesuaian diri
Kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah satunya
kecerdasan. Dalam hal ini Tomi merupakan siswa yang termasuk kecerdasan rata-rata
jadi tidak menimbulkan kecenderungan diisolir oleh keluarga maupun masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak berkebutuhan
khusus merupakan satu istilah umum yang menyatukan berbagai jenis kekhususan
atau kelainan. Tomi adalah anak yang mengalami cacat pada kakinya atau disebut
dengan anak tuna daksa. Sedangkan pengertian tuna daksa yaitu adanya kondisi
tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi
kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf otot yang di
sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh
(amputasi). Serta ada jenis kelainan, faktor penyebab kelainan dan dampak
terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
(2006). Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2006. Jakarta :
Direktorat PSLB
IGAK
Wadani, dkk (2002), Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Johnson,
BH & Skjorten, D miriam (2004), Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah
Pengantar, terjemahan, Bandung :Pascasarjana UPI
Moh
Amin (1985), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar