Sabtu, 01 Juli 2017

Contoh Studi Kasus ABK



MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
CONTOH STUDI KASUS

Dosen Pengampu : Iyan Sofyan, S.Pd., M.A



Di Susun Oleh:

ADILA RASYADA
1400002003





PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dari jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hahekat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemukan jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakekat anak berkebutuhan khusus, maka kita sebagai calon guru akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai. Dan untuk kepentingan penanganan baik pendidikan maupun pengajaran dan terapi terhadap anak berkebutuhan khusus. Seperti contoh kasus yang saya bahas dalam makalah ini, mengenali anak berkebutuhan khusus dan khususnya anak tuna daksa. Pada Tomi siswa SD LB Mangunsari, Salatiga kelas VD yang mengalami kecacatan pada kakinya atau disebut dengan anak tuna daksa.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PROFIL TOMI SUGANDA
Tomi Suganda adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus, yang bersekolah di SLB Mangunsari kelas VD. Tomi lahir 18 November 1998 dari pasangan John Adadika dan Triverna Martini, jadi sekarang dia berusia 11 tahun. Dia anak ke-3 dari 4 (empat) bersaudara. Pekerjaan ayahnya sebagai LSM dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Tomi tinggal bersama orang tuanya di Banjaran RT 01/RW 12. Tomi lahir tidak normal atau dikenal dengan lahir prematur sehingga mengalami kelumpuhan pada kakinya. Pertumbuhan dan perkembangan Tomi juga tidak berjalan dengan baik jika dilihat dari bentuk fisik Tomi. Kelumpuhan Tomi ini membuat Tomi tidak bisa berjalan dengan normal seperti kakak dan adiknya. Tomi berjalan merangkak menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya yang kurang sempurna. Sedikit demi sedikit akhirnya Tomi bisa berjalan tetapi berbeda dengan anak yang lainnya. Tomi berjalan seperti kelainan kaki ”Leter X”, itupun harus dibantu oleh orang lain dan biasa juga merambat lewat tembok atau pagar.
Kondisi tubuh Tomi sering melemah karena sering sakit-sakitan seperti penyakit Flek, Mimisan, Flu, Batuk dan Pusing seperti yang dialami ke-3 saudaranya yang lain. Ini dikarenakan faktor keturunan dari ibunya yang juga mengalami kelemahan secara fisik. Walaupun berkelainan Tomi tetap memiliki cita-cita. Dia senang menekuni bidang kesenian khususnya bernyanyi dan bermain gamelan. Tak menyangka disisi kelemahannya ada banyak potensi yang dia miliki yang bisa dia kembangkan menjadi sesuatu yang luar biasa. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang dokter menunjukkan bahwa ia memiliki cita-cita yang tinggi dalam hidupnya. Hidup adalah proses, jika bisa melewati langkah demi langkah dan mampu mengatasi pasti berhasil dan mencapai tujuan yaitu sukses.

B.     Analisis Studi Kasus
1.      Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukan keadaan Anak Berkebutuhan Khusus. Istilah Anak Berkebutuahan Khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability. Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesui dengan potensinya.
Seperti halnya Tomi yang mengalami cacat pada kakinya atau disebut tunadaksa, jelas dia memiliki keterbatasan pada kedua kakinya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu sepeti kursi roda, maupun layanan pendidikan. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka Tomi akan dapat berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetensi dengan anak normal.
2.      Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada 3 jenis kelainan pada anak berkebutuhan khusus :
a.       Kelainan mental
b.      Kelainan fisik
c.       Kelainan emosi
Dari ketiga jenis kelainan diatas, Tomi termasuk yang B yaitu kelainan fisik. Kelainan fisik sendiri di bagi menjadi 4 golongan yaitu :
1)      Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf otot yang di sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi).

2)      Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Seseorang yang sudah tidak mampu memfungsikan indera penglihatannya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.
3)      Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu)
Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk memfungsikan pendengarannya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
4)      Kelainan wicara
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam menggungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun adanya ganguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.

Dari 4 golongan diatas, Tomi merupakan anak tuna daksa yaitu mengalami kecacatan pada kakinya

3.      Faktor Penyebab Kelainan
Ada berbagai faktor penyebab yang menyumbang terjadinya anak berkebutuhan khusus. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi :
a.       Heriditer
b.      Infeksi
c.       Keracunan
d.      Trauma
e.       Kekurangan gizi
Dari Profil Tomi, dapat di ketahui bahwa faktor penyebab kelainan yang dialaminya adalah Heriditer dan kekurangan gizi.
Penjelasan :
Heriditer
Adalah faktor penyebabnya berdasarkan keturunan atau sering dikenal dengan genetik, yaitu kelainan kromosome, pada kelompok penyebab heriditer masih ada kelainan bawaan non genetik, seperti kelahiran pre-mature dan BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram, merupakan resiko terjadinya anak berkebutuhan khusus.
Kekurangan gizi
Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan. Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolisme maupun penyakit parasit pada anak seperti cacingan. Hal ini mengingat indonesia merupakan daerah tropis yang banyak memunculkan atau tempat tumbuh kembangnya penyakit parasit dan juga karena kurangnya asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada masa tumbuh kembang. Hal ini didukung oleh kondisi penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Jika dipandang dari sudut waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi :
a.       Pre-natal
b.      Peri-natal
c.       Pasca-natal
Dari ketiga diatas, waktu terjadinya kelainan yang dialami Tomi berada pada pasca-natal.
Yang dimaksud pasca-natal adalah terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun)

4.      Dampak Terjadinya Kelainan
Dari gambaran profil Tomi di atas, akibat terjadinya berkebutuhan khusus sebagai suatu keadaan pada individu dengan kondisi mental yang lemah termanifestasikan pada bentuk keterlambatan dan ketidak seimbangan di dalam segala aspek. Tantangan membimbing berkebutuhan khusus tersebut sebagai wujud dari hambatan yang dimilikinya. Hambatan itu adalah internalisasi rangsangan lingkungan berakibat Tomi tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungan secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tomi mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan lingkungan tersebut sebagai dampak dari keadaan kebutuhan khususnya yang berakibat juga pada kondisi sosial psikologisnya, dan secara rinci diuraikan sebagai berikut :
a.       Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis, terlihat pada keadaan fisik bayu yaitu kurang mampu mengkoordinasi gerak pada kedua kakinya, dan sekarang kelas V sudah mulai dapat berjalan walaupun dibantu temannya atau merambat lewat tembok maupun pagar. Tanda keadaan fisik penyandang berkebutuhan khusus yang kurang mampu mengkoordinasi gerak antara lain : kurang mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang tepat dan terarah, serta menjaga keshatan.
b.      Dampak Psikologis
Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya, karena keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya terhadap tuntutan lingkungan. Kekurangan mampuan dalam penyesuaian diri yang diakibatkan adanya ketidak sempurnaan individu, akibat dari rendahnya “self esteem” dan dimungkinkan adanya kesalahan dalam pengarahan diri (self direction).
c.       Dampak Sosiologis
Dampak sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu disekitarnya, terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak berkebutuhan khusus di keluarga sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus merupakan musibah, kesedihan, dan beban yang berat. Kondisi itu termanifestasi dengan reaksi yang bermacam – macam, seperti : kecewa, shock, marah, depresi, rasa bersalah dan bingung. Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga yang selamanya tidak akan kembali seperti semula.

Mengenai Bayu dalam dampak sosiologis :
Didalam lingkungan keluarga, Tomi seperti anak pingit oleh orang tuanya, dia tidak boleh kemana-mana hanya didalam rumah, teras dan di sekolah. Dalam menghabiskan waktu dirumah Bayu hanya menonton TV dan bermain dengan saudaranya. Orang tuanya kawatir kalau terjadi sesuatu dengan Bayu karena Bayu berkelainan dan berbeda dengan anak-anak yang normal.
Oleh karena itu orang tuanya, Tomi disekolahkan di sekolah khusus SLB untuk anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus, supaya dapat mengekspresikan maksudnya dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan sedikit dapat dimengerti orang lain. Tomi termasuk siswa yang rajin. Dalam berbicara, membaca, menulis dan menghitung sudah cukup lancar dibanding teman lainnya karena kakaknya juga sering membantu dia disaat mengalami kesulitan belajar.
Dimata teman-teman Tomi adalah seorang anak yang baik. Tomi sering membantu temanya-temannya bila ada yang mengalami kesulitan. Dalam belajar Tomi tidak pernah tinggal kelas. Tomi memiliki semangat belajar yang tinggi, disaat Tomi sakit dia tetap masuk sekolah dan senang berada di sekolah itu. Selain bisa belajar juga bisa bermain-main dengan teman-teman satu sekolah.
Dampak berkebutuhan khusus dari tiga dimensi tersebut menyebabkan pengaruh yang cukup berarti dalam kehidupan Tomi. Keterbatasan dan daya kemampuan yang bayu miliki menimbulkan munculnya berbagai masalah, yaitu :
·         Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi keterbatasan Tomi pada saat berjalan, yang belum bisa mengkoordinasi geraknya. Keadaan itu diharapkan dalam program penanganan memprioritaskan bimbingan dan latihan ketrampilan aktifitas kehidupan sehari-hari terutama memlihara diri sendiri, seperti : cara makan, menggosok gigi, mamakai baju, memasang sepatu, serta pekerjaan rumah tangga yang sangat sederhana.
·         Masalah penyesuaian diri
Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah satunya kecerdasan. Dalam hal ini Tomi merupakan siswa yang termasuk kecerdasan rata-rata jadi tidak menimbulkan kecenderungan diisolir oleh keluarga maupun masyarakat.























BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus merupakan satu istilah umum yang menyatukan berbagai jenis kekhususan atau kelainan. Tomi adalah anak yang mengalami cacat pada kakinya atau disebut dengan anak tuna daksa. Sedangkan pengertian tuna daksa yaitu adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf otot yang di sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). Serta ada jenis kelainan, faktor penyebab kelainan dan dampak terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus.



















DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2006. Jakarta : Direktorat PSLB
IGAK Wadani, dkk (2002), Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Johnson, BH & Skjorten, D miriam (2004), Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah Pengantar, terjemahan, Bandung :Pascasarjana UPI
Moh Amin (1985), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar